Tamalanrea-Makassar. Fakultas Kehutanan Universitas Hasanuddin (Unhas) dan Global Environmental Facility-Small Grants Programme Indonesia (GEF-SGP) Indonesia diskusi bersama membahas implementasi kerja sama dampak climate change terhadap sustainability produk kehutanan (HHBK). Kegiatan berlangsung mulai pukul 14.30 Wita di Aula Eboni KHDTK Hutan Pendidikan Unhas, Kabupaten Maros, Senin (9/6/2025).
Hadir dalam kegiatan ini, Prof. Dr. Ir. A. Mujetahid M., S.Hut., M.P., IPU. (Dekan Fakultas Kehutanan Unhas), Andang Suryana Soma, S.Hut., M.P., Ph.D. (Wakil Dekan Bidang Perencanaan dan Sumber Daya Fakultas Kehutanan Unhas), Syahidah, S.Hut., M.Si., Ph.D. (Wakil Dekan Bidang Kemitraan, Riset, Inovasi dan Alumni Fakultas Kehutanan Unhas), Dr. Ir. Bambang Supriyanto, M.Sc. (Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan), Sidi Rana Menggala, Ph.D. (National Coordinator GEF-GSP), Viringga Kusuma (Founder PT. Amati Indonesia) dan Tim GEF-GSP.
Mengawali kegiatan, Dekan Fakultas Kehutanan Unhas, Prof. Dr. Ir. A. Mujetahid M., S.Hut., M.P., IPU. menyampaikan potensi Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Hutan Pendidikan Fakultas Kehutanan Unhas yang bisa dikerjasamakan pengembangannya bersama GEF-SGP.
“Saat ini kami tengah mengembangkan produk HHBK gula aren cair dan madu yang dikoordinir langsung oleh bu Syahidah salah satu dosen kami dan peneliti gula aren dan telah didirikan rumah produksi gula aren cair dan semut yang terletak di KHDTK Hutan Pendidikan Fakultas Kehutanan Unhas,” jelas Prof. A. Mujetahid.
Prof. A. Mujetahid juga menyampaikan beberapa potensi KHDTK Hutan Pendidikan selain gula aren cair yakni, penyadapan getah pinus, pengembangan gula semut, pengembangan dan budidaya lebah madu hutan dan pemanfaatan jasa lingkungan (eco-edu-wisata).
Pada kesempatan yang sama, Sidi Rana Menggala, Ph.D. (National Coordinator GEF-GSP) menyampaikan terkait dampak perubahan iklim terhadap produksi kopi, aren dan cengkeh pada studi kasus kelompok tani binaan GEF-SGP Indonesia di Bulukumba / DAS Balantieng.
“Berdasarkan hasil dari sebaran kuesioner para petani melaporkan tantangan perubahan iklim mempengaruhi panen nira yang berkurang dan kualitasnya menurun diakibatkan musim hujan yang berkepanjangan,” jelas Sidi.
Musim sangat mempengaruhi produksi nira aren, dengan volume tinggi namun konsentrasi gula rendah saat musim hujan, dan sebaliknya saat kemarau kelembaban tinggi juga mempercepat fermentasi nira yang memerlukan penanganan lebih cepat.
Kabupaten Bulukumba di Sulawesi Selatan sangat bergantung pada hasil alam, yang menjadi tulang punggung perekonomian dan menyumbang lebih dari sepertiga Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) daerah. Komoditas seperti kopi, aren, rumput laut dan cengkeh merupakan mata pencarian utama bagi banyak masyarakat.
“Mari kita kedepankan pendekatan science to action untuk penanganan perubahan iklim terutama dalam meningkatkan hasil komoditas kehutanan,” tutur Sidi.